Markus 7:24-30
7:27 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Dalam ayat ini diibaratkan bahwa anak-anak adalah bangsa Israel. Sedangkan roti adalah berkat atau mujizat, dan anjing seolah diibaratkan sebagai umat lain selain bangsa Israel.
Mengapa Tuhan Yesus menggunakan kata "anjing" dalam perumpamaan di ayat tersebut?
Karena memang orang-orang Yahudi zaman itu menganggap orang-orang Kanaan lebih rendah dari mereka, dan menjuluki orang-orang Kanaan (atau non-Yahudi pada umumnya): "anjing". Dan Tuhan Yesus tampak "sengaja" mengangkat topik ini, sengaja bukanlah karena jahat, namun karena Tuhan Yesus ingin melihat iman perempuan itu.
Di ayat tersebut bisa kita lihat bahwa perempuan Siro-Fenisia tidak memaksa Tuhan untuk melakukan mujizat kepada anaknya yang sedang kerasukan. Dia hanya memohon dengan meyakini jika Tuhan bersedia untuk menyembuhkan, pasti anaknya sembuh. Sekali lagi, perumpamaan yang diucapkan Tuhan Yesus kepada perempuan itu adalah cara-Nya melihat hati perempuan itu. Perempuan itu tidak merampas bagian anak-anak, tapi dia hanya memungut remah-remah yang jatuh dari porsi anak-anak itu. Dia sangat percaya bahwa walaupun hanya remah-remah yang Tuhan kerjakan untuk dia, akan tetap besar kuasa-Nya, karena dia yakin Tuhan sangat sanggup untuk mengerjakan bagian-Nya dalam hidupnya, termasuk memberikan mujizat agar anaknya sembuh.
Pada ayat 28 juga berbicara bahwa perempuan itu yakin dengan Tuhan dan kuasa-Nya, sekalipun mungkin memang belum gilirannya/ belum waktunya untuk dia menerima "roti" itu, tapi dia tetap percaya bahwa Tuhan punya waktu yang terbaik untuknya.
Terkadang iman kita yang adalah orang percaya hanya sanggup membuat kita tidak kuatir saat kita berdoa, namun bagaimana saat kita mengakhiri doa tersebut dengan kata "Amin"?. Sebenarnya ketika kita mengucapkan "Amin", disitulah iman kita yang sesungguhnya. Percaya tanpa "berserah" sama seperti kita memaksakan diri untuk mengerjakan sesuatu yang kita tahu sebenarnya kita tidak bisa. Dan ini berarti kita sedang mengerjakan apa yang menjadi bagian Tuhan.
Iman yang disertai "tapi" sama seperti mengharap sesuatu yang tak akan didapat. Seberapa besar iman, dan berserahnya kita hanya kita pribadi yang tahu, karena orang lain bisa melihat kita seakan kita berserah namun ternyata kenyataannya kita sedang menyerah. Berserah bukan berarti pasrah, hanya menyerahkan namun tidak berbuat apa-apa. Iman yang disertai berserah berarti melewati tahap menyerahkan keraguan, percaya, dan yang terakhir adalah mengerjakan/melakukan apa yang menjadi bagian kita. Tahap yang terakhir ini sangat menentukan hasil dari proses kita. Berserah juga berarti menyerahkan apa yang menjadi bagian Tuhan, karena ketika kita melakukan semua sesuai porsi kita akan menikmati proses seperti hidangan yang lezat.
Iman yang hanya melakukan tahap "pasrah" berarti hanya meletakkan, percaya tanpa melakukan sesuatu. Jadi jangan protes sama Tuhan jika Tuhan belum beri apa yang menjadi kerinduan kita, mungkin kita perlu intropeksi, sebenarnya apakah kita sudah mengerjakan bagian kita, atau malah menyerahkan bagian kita ke Tuhan, dengan kata lain tidak melakukan sesuatu, atau bahkan kita sedang mengerjakan porsi yang salah, yaitu porsinya Tuhan.
So Deep and Powerful😊
ReplyDelete